Senin, 30 Maret 2015

Berburu Matahari Terbenam (#sunset)

Balik ke kampung halaman yang dalam artian 'bukan lahir di sini tapi udah lama di sini', that kind of place. Aku memutusukan buat nyari hiburan sendiri, dan entah sejak kapan (mungkin setelah pertualangan di Mesir) #sunset jadi sesuatu yang mesti dicari di setiap tempat. Well, aku rasa ini pengaruh seorang teman haha.
Hal ini juga karena udah kelamaan mengasingkan diri di rumah yang herannya emang suatu hal yang aku suka, akhirnya aku maksa buat menemukan #sunset!!! Perburuan yang banyak menghasilkan hal konyol dan hampir naas di jalan karena kecerobohan yang juga konyol.
Awalnya #sunset hanya menjadi cadangan dari rute jalan-jalan sore itu, Sabtu. Karena keadaan kota ini yang begitu panas, perjalanan yang harus dimulai jam 3 jadi nya diundur karena beberapa hal. Seperti:....
Si kakak udah datang, siap-siap mau pergi. Tapi aku nya baru selesai nyalon kelinci (maksudnya, menggunting sedikit bulunya yang terlalu kotor menurutku). Maka aku bersiap-siap secepat yang aku mampu dan menyambar apa yang terlihat di depan mata, salah satunya adalah jeket bewarna pink yang sangat pink. Saat mencari sisir di kamar adik dimulai lah percakapan yang hampir tak masuk akal.
He : ngapain ko pake baju warna pink?!
Me : ngapa emangnya?
He : kayak anak alay!
Me : *tertohok* emangnya warna pink warna anak alay? *udah mulai belepotan ngomongnya* eh, emangnya anak alay pakek baju warna pink?! *keluar banting pintu, masuk kamar sendiri*
Me : kak, aku dibilang alay karena pake warna pink! *langsung ganti jeket merah yang masalahnya itu jeket kulit kayak pembalap atau kayak rockstar itu!*
Me :  kalo sekarang? *nunjukin jeket merah ke adek, dan dia nya diam aja* seriuslah!
He : iya kau tau pake warna pink di kota macam gini, siang-siang terik pulak naik motor, apa gak iya alay. kalau ko ke mall, pake jeket pink tadi tak apa!

Entah bagaimana akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan jeket merah yang begitu, dan berfikir tak akan cocok kalau keluar pakai jeket ini dan pakai motor metik. Dengan itu, keluarlah kami pakai FU, yang sebenarnya gak akan nyaman dibawa atau buat boncengan karena penumpangnya pasti bakal merosot ke depan tiap kali ngerem yang buat si kakak merepet-repet terus sepanjang jalan. Tapi toh kami tetap pergi.
Udah selesai ke sana-sini, maka aku mulai merengek mau nyari #sunset. Yang buat si kakak bersikeras kalo di sini gak ada #sunset, "emang ko pikir ini di mana sampe ada #sunset? Gak ada apa-apa di sini!" Yah, namanya aku keras kepala tetap maksa, toh aku yang bawa motor, tapi lama-lama pegal juga pake kopling, mana tu motor udah rusak kali, selalu mati di tengah jalan. Belum lagi jadi tontonan di tengah lampu merah karena sibut teriak aja.
Si kakak bilang kalau mau cari #sunset harus ke tanah lapang yang memutuskan aku membawa kami berdua ke daerah ladang ubi yang banyak juga terdapat lapangan sepak bola di antaranya, tapi tak banyak tempat yang bisa dijadikan tempat untuk benar-benar mendapatkan #sunset. Si kakak udah ngajak pulang aja, sehingga kami memutar. Dalam perjalan pulang, di sana lah kami hampir berjumpa naas.
Oke, jalanan sepi. Aku mulai bawa motornya pelan-pelan karena tangan udah capek banget bawa tu motor.  Sambil menikmati matahari sore, entah gimana aku ngelepas tangan kanan dari gas yang mengakibatkan motor itu hilang arah dan berliuk-liuk tak menentu sehingga aku merosot makin ke depan begitu juga dengan kakak. Kaki kami menggapai-gapai ke aspal jalan berharap bisa tetap mempertahankan diri dari jatuh ke aspal yang kasar. Tangan kanan aku udah jatuh nyampe ke depan lampu karena badan aku sendiri udah menghimpit kepala motor, berusaha mencari rem yang bodohnya malah aku menggapai-gapai kopling pakai tangan kiri sementara rem tangan ada di sebelah kanan. Pikiran aku udah dekat dengan banyangan kami jatuh ke kiri atau ke kanan dan terimpit motor hingga tangan kanan ku bisa menggapai rem yaneg berujung kelegaan, tas jatuh terembab, kakak turun dari motor sambil mukul bahu aku yang berujung kami berdua tertawa terbahak-bahak karena ketakutan dan telah lepas dari kemalangan yang memalukan. Meskipun jalanan tak ramai, tetap ada beberapa penonton tak jauh dari kami yang keheranan. Well, aku hanya bisa menahan malu. Si kakak maksa segera pulang, tapi tangan aku masih begetar belum sanggup membawa lagi tu motor. Sepanjang jalan pulang kami hanya bisa menertawakan kebodohan tangan aku yang melepaskan dirinya dari tugasnya mengegas motor haha..
Setelah pulang, si kakak pergi dan aku maksa si adik buat nyari #sunset. Karena aku harus tetap menemukan #sunset (entah obsesi dari mana ini). Dan aku menanggalkan jeket kulit merah itu dan menggantinya lagi dengan jeket pink. Who cares?
Kali itu, kami pergi dengan mobil dan aku duduk tenang sebagai penumpang. Kami pergi menuju salah satu danau yang dibuat beberapa tahun yang lalu di salah satu perumahan di kota itu. Well, paling tidak aku menemukan #sunset ku kali itu. HEHE ^^

P.S : aku tak tau kenapa aku mau menceritakan ini ._.