Selasa, 13 Desember 2016

What is...?



Kali ini aku ingin mendiskusikan hal yang tak ku mengerti.
Mungkin seharusnya postingan ini bersifat rahasia karena terlalu memalukan.
Tapi anggap aja ini pembelajaran karena aku dalam keadaan tak tahu apa-apa.

So, beberapa bulan belakangan ini aku terus-terusan kefikiran dia (sebut saja dia, karena aku fans buku Tere Liye yang berjudul 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin'). Aku tak ingat kapan terakhir kali aku memikiran seseorang seperti aku memikirkan dia di tiap hari-hari ku. Di saat pagi aku bangun tidur maupun malam sebelum tertidur. Selalu nge-cek hp cuma untuk memastikan apakah dia nge-chat atau dia membalas chat-ku. Biar ku jelaskan, hubungan kami teman. Bisa ku katakan teman dekat, karena kami sering berbagi cerita. Aku mulai memikirkannya ketika dia tiba-tiba memberikan nasihat kehidupan padaku. Sebelum itu aku tak pernah menganggap dia lebih dari teman berbagi yang nyaman. Seolah-olah dia menunjukkan visi kehidupannya dan aku tertarik. Hubungan kami tak terlalu banyak berubah kecuali aku jadi lebih sering meminta nasihat dan dia senang memberikan kritik padaku. Aku mulai menikmati momen-momen itu. Tapi aku tak ingin membayangkan hubungan yang lebih dari itu, aku tak pula mengatakan pada diriku atau pada orang lain bahwa aku jatuh cinta. Satu hal yang pasti adalah ada saja celah untuk dia masuk ke dalam pikiranku.

Aku mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi padaku. Aku suka baca novel maupun nonton drama, aku akan bahagia bila dua tokoh utama saling mencintai dan berakhir bahagia. Tapi kini aku mulai bertanya-tanya, "Dari mana kau tahu kalau dia the one? Bagaimana kau bisa begitu yakin?". Aku pun mulai mempertanyakan kisah-kisah fiksi itu. Begitu pula dengan hubungan cinta teman-temanku. Aku tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ku ajukan, karena aku rasa aku tak pernah mengalami hal seperti ini. Mungkin dulu waktu remaja aku pernah membayangkan aku akan berkorban untuk yang terkasih, namun aku yang sekarang berfikir itu hal yang konyol.

Lalu aku membandingkan perasaanku padanya ini dengan cinta, "Apakah aku jatuh cinta?" Ketika pertanyaan itu diajukan, di saat yang sama otakku menentangnya. Aku ingat salah satu dosenku pernah berkata, "Jatuh cinta itu dari otak, bukan dari hati. Ketika hati berdebar-debar, otak mengambil kesimpulan bahwa kau jatuh cinta, maka jatuh cinta lah kau." Nah, kalau dari kata dosenku ini, berarti aku tak jatuh cinta. Karena otakku tak berkata demikian.

Hingga saat ini aku masih bertanya-tanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar